rainbow

Saturday, January 28, 2006 | 11:16 PM

Ke Mahkamah Agung



Kemaren siang aku dan Dat ke Mahkamah Agung RI…Mau ikut nyari para koruptor yang "ngumpet" ? Maunya sih begitu, dan sepertinya itu lebih "bermanfaat" daripada apa yang kami jalani hampir seharian kemaren..
Kapan kita mau belajar untuk lebih maju ? Kemaren - di sebuah pengadilan yang ditunjuk sebagai tempat penerimaan pendaftaran - banyak sekali orang yang bejubel, desak-2an, ngantri (tp lebih mirip kerumunan) untuk mengambil nomor ujian, dua di antara manusia-2 itu adalah aku dan Dat. Kondisi ini memang sudah sangat biasa di Indonesia, negri dengan jumlah pengangguran yang "menakjubkan". Yang aku gak abis pikir, kenapa panitia penyelenggara tidak bisa mempersiapkan diri lebih baik dan belajar dari pengalaman yang sudah-2 ? Dulu untuk ikut ujian di Deplu, setelah mengirim berkas-2 lamaran via pos aku cuma tinggal menunggu datangnya surat balasan yang berisi nomor ujian dan pemberitahuan tentang waktu dan tempat ujian. Jelas dan teratur. Padahal jumlah pelamarnya juga tidak sedikit, tapi dengan koordinasi yang baik, suasana seperti "melempar jumrah" di pengadilan ini tidak perlu terjadi. Belum lagi fasilitas panitia yang sangat menyedihkan..Masak untuk memanggil ratusan (kurasa bisa mencapai seribuan) peserta di situasi yang pastinya heboh tidak disediakan toa atau microphone ? Akibatnya banyak nama yang dipanggil tapi gak ketauan/kedengaran oleh yang punya nama. Ada lagi kami ngobrol dengan calon "pelempar jumrah" lainnya, mereka sudah sejak pagi ada di sana dan sepertinya panitia sendiri tidak disiplin memproses berkas lamaran..Bahkan aku melihat sendiri seorang panitia yang memproses terlebih dahulu berkas lamaran yang masuk belakangan. Bravo..bravo..!!
Aku dan Dat akhirnya memutuskan hal yang sama : Walk out !
Emang cuma anggota dewan yang bisa "ngacir" ?? *sewot campur puas*

Pasti banyak yang tau kalo beberapa instansi pemerintah di minggu-2 ini membuka kesempatan untuk menjadi calon PNS. Salah satunya Mahkamah Agung RI. Syaratnya relatif sangat gampang, cukup bikin surat lamaran, pas foto dan fotokopi ijazah terakhir. Tidak perlu punya kartu kuning, SKKB atau surat keterangan sehat. Syarat yang gampang ini membuatku dan suami tergerak untuk mencoba peruntungan..Kami memang belum mengurus lagi tiga persyaratan standar untuk melamar menjadi PNS itu..Entah karna lupa atau masa berlaku surat-2 itu yang cepat berakhirnya ??
Pikiran kami juga standar-2 saja : siapa tau bisa jadi PNS yang di masa pensiun nanti bisa sedikit punya "jaminan ekonomi". Apalagi katanya sekarang tingkat kesejahtraan PNS sudah jauh membaik..Itu kata orang, aku juga gak tau pasti. Sejak tamat kuliah aku cuma mencoba peruntungan menjadi calon PNS di Deplu, sesuai dengan background pendidikanku. Aku mencoba dua kali, dan memang tidak beruntung. Pada dasarnya aku gak begitu antusias untuk menjadi PNS. Buatku bekerja yang nyaman bisa didapatkan dimana saja asal kita mampu dan menikmatinya, syukur-2 pekerjaan bisa jadi bentuk lain "rekreasi" . Simple saja. Jumlah nominal yang akan didapat setiap bulannya tentu juga jadi pertimbangan, hanya tidak menjadi target primerku..Tipe orang seperti aku memang tidak begitu suka bekerja dengan ikatan waktu yang ketat, bukan pula tipe yang senang duduk manis di belakang meja…Aku suka mobiling, tapi jangan suruh jadi marketing…Males.

Makanya aku bisa terima kalo aku mungkin susah jadi kaya karna prinsip kerjaku "alon-2 waton kelakon", nyantai sesuai "mood"-ku. Buatku lebih penting hatiku yang senang dan nyaman daripada punya banyak materi tapi tidak bisa menikmatinya karna alasan-2 profesionalisme yang baku, mesti kerja over time demi mengejar target ini-itu atau untuk mencapai status sosial tertentu…(zzzz…zz…mending aku tidur…zzz…zzz…)
Rasa jenuh sama pekerjaan pasti ada dan sebaiknya ada sebagai penyeimbang..
Kesannya aku gak suka kerja keras ya ? Mungkin..tapi aku tetap bertanggung jawab penuh dan gak mau setengah-setengah mengerjakan tugasku. "Idealisme" yang mungkin gak semua orang bisa ngerti.


5 comments