rainbow

Tuesday, February 28, 2006 | 5:46 AM

Nenek


Weekend yang barusan lewat aku ‘mengungsi’ ke rumah tanteku di Cibubur..Sendiri saja, karna Dat sedang on duty ke Semarang. Aku ke sana juga sekalian menengok nenekku (dari ibu) yang baru datang dari Padang seminggu sebelumnya. Talking about my granny, buatku beliau adalah sosok yang mewakili rumus ini :
fun fearless female + independent woman = ‘superwoman’Umur beliau tahun ini sudah memasuki tahun ke-86, kondisi beliaupun sama dengan kondisi para sepuh pada umumnya...pendengaran berkurang drastis, mata sudah tidak bisa melihat (karna katarak yang tidak pernah mau beliau obati dengan jalan operasi, spt yang disarankan dokter sejak beberapa tahun sebelumnya) dan yang paling membuat beliau tidak lagi ‘seaktif’ dulu adalah keropos tulang yang menggerogoti tulang pinggul sampai kaki beliau. Untuk sekedar menggerakkan badan saja beliau sudah sangat kesulitan. Itu pulalah sebab utama akhirnya beliau mau tinggal dengan anak-anaknya, agar ada yang menjaga dan merawat beliau setiap saat.
Aku berpikir kalau nenekku tidak mengalami osteoporosis spt sekarang, mungkin beliau masih bisa bersikeras untuk tinggal sendiri di rumahnya. Walaupun dengan mata dan telinga yang tidak lagi berfungsi dengan baik, selama beliau dapat berdiri dan berjalan, perlu usaha yang cukup keras untuk membujuk beliau supaya mau tinggal dengan kami.

Seperti yang sudah kubilang, nenekku ini adalah perempuan ‘kuat’ yang nyata kutemui di dalam hidupku. Beliau adalah ibu dari 12 orang anak, setahuku semua dilahirkan dengan cara normal..Itu saja lumayan membuatku takjub..ck,ck,ck..Aku tidak pernah bertanya langsung apa alasan beliau mau “mengambil resiko” melahirkan anak sebanyak itu..Mungkin karna beliau sendiri adalah anak tunggal, mungkin buat beliau terlalu sepi tidak punya banyak saudara…mungkin…
Aku salut dengan pandangan dan cara hidup orang-2 dulu. Itu semua sedikit banyak kulihat dari pribadi nenekku ini. Tahan banting ! Tau sendirilah, banyak aspek di kehidupan orang-2 dulu yang tidak senyaman atau segampang kehidupan sekarang. Beliau sendiri melewati beberapa “times of grief” : dinikahkan di umur yang sangat muda, melahirkan anak-2 pada masa perang, ditinggalkan kakekku pada waktu adik-2 ibuku masih ada yang sekolah (kakekku meninggal tahun 1974. Saat itu ibuku sudah menikah dengan ayah dan punya 2 anak/ kakak-2ku), termasuk juga masa-2 dimana beliau ‘melepas’ lima orang anaknya menghadap Sang Khalik (4 orang meninggal waktu masih bayi, yang terakhir meninggal adalah kakak ibu-ku tahun 1991 lalu). Jadi putra-putri beliau yang ada sekarang tinggal 7 orang dan otomatis ibuku yang menjadi anak sulung.

Pada dasarnya beliau sama saja dengan ibu-2 rumah tangga lain yang menghabiskan waktunya untuk mengurus keluarga dan rumah. Beliau juga punya sifat yang jamak dimiliki para orang tua, ingin anak-2nya patuh pada perkataan beliau, tentu dengan tujuan baik tanpa harus jadi otoriter..dan menurutku yang paling menonjol adalah rasa khawatir beliau yang kadang-2 berlebihan. Walaupun begitu buatku beliau tetap jadi sosok yang ‘berbeda’ dan punya banyak sisi yang bisa kujadikan pelajaran. Beliau itu disiplin, punya prinsip yang kuat dan mandiri. Sebagai keluarga kami selalu diingatkan untuk selalu menjaga komunikasi, kompak dan saling support walaupun berbeda sifat dan pendapat. Di balik sisi beliau yang ‘tough’ ini, kami tau beliau adalah seorang ibu yang sangat sayang, toleransi dan mengerti anak-2nya. Itu baru sampai anak-2nya, sedangkan kepada cucu-2nya beliau jauh lebih ‘protektif’ dan memanjakan. Biasanya kakek-nenek memang begitu ya ?! Contohnya saja aku yang sudah punya suami ini masih diberi ‘uang jajan’ oleh beliau. Kalau ditolak beliau akan sedih sampai menangis karna dianggap kami tidak menghargai pemberiannya..Gak enak juga kan terima duit dari orang tua yang malah sudah sepatutnya menerima pemberian dari kita yang lebih muda.

Begitulah nenekku..bahkan dalam kondisinya yang tidak kondusif seperti sekarangpun kekerasan hati beliau tetap tidak bisa dibendung. Walau sudah bergantung dengan kursi roda dan mesti dipapah atau digendong untuk bergerak, beliau tetap ingin mengunjungi anak-2 dan cucu-2nya yang menetap di beberapa kota. Sepertinya tua nanti aku akan seperti beliau, travelling terus…itu berarti dari sekarang aku kudu usaha untuk rajin minum susu biar gak kena osteoporosis, the traveler’s big enemy !!
Mungkin satu-satunya keinginan terbesar beliau yang belum mampu (tidak mungkin ?) kami penuhi adalah tinggal bersama dengan beliau di satu tempat…kalo perlu semua generasi keluarga besar ini bisa kumpul di satu komplek…Wiiiihh, bisa-2 ngalahin dinasti keluarga Cendana dong…hehehe…jadi gak enak body dehh..

Nenen selalu di hati dan do’a kami…Kami sayang dan kagum pada Nenen.
PS : Panggilan keluarga untuk nenekku adalah Nenen…Sounds odd ? Don’t bother… ;-)


6 comments